Kamis, 09 Januari 2014

Riwayat Shalat Taraawih 23 Raka’at di Masa ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu

Disebutkan dalam Al-Muwaththa’ :
وحَدَّثَنِي عَنْ مَالِك عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يُوسُفَ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ أَنَّهُ قَالَ أَمَرَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أُبَيَّ بْنَ كَعْبٍ وَتَمِيمًا الدَّارِيَّ أَنْ يَقُومَا لِلنَّاسِ بِإِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً قَالَ وَقَدْ كَانَ الْقَارِئُ يَقْرَأُ بِالْمِئِينَ حَتَّى كُنَّا نَعْتَمِدُ عَلَى الْعِصِيِّ مِنْ طُولِ الْقِيَامِ وَمَا كُنَّا نَنْصَرِفُ إِلَّا فِي فُرُوعِ الْفَجْرِ
Dan telah menceritakan kepada kami dari Maalik, dari Muhammad bin Yuusuf, dari As-Saaib bin Yaziid, bahwasannya ia berkata : ‘Umar bin Al-Khaththahab pernah memerintahkan Ubay bin Ka'b dan Tamiim Ad-Daariy mengimami orang-orang (shalat taraawih) dengan sebelas rakaat". As-Saaib berkata : "Imam membaca dua ratusan ayat, hingga kami bersandar di atas tongkat karena sangat lamanya berdiri. Dan kami tidak keluar melainkan di ambang fajar" [1/478 no. 271].
Riwayat ini shahih.

Muhammad bin Yuusuf, ia adalah Ibnu ‘Abdillah bin Yaziid Al-Kindiy Abu ‘Abdillah Al-Madaniy Al-A’raj, keponakan dari As-Saaib bin Yaziid. Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan berkata : Muhammad bin Yuusuf lebih tsabt (teguh/kokoh) daripada ‘Abdurrahmaan bin Humaid dan ‘Abdurrahmaan bin ‘Ammaar. Ia seorang yang pincang (kakinya), namun tsabt”. Al-Bukhaariy berkata : “Yahyaa bin Sa’iid telah memberikan sifat tsabt kepadanya”. Yahyaa bin Ma’iin mengatakan bahwa Yahyaa bin Sa’iin pernah berkata kepadanya : “Aku tidak pernah melihat seorang syaikh yang menyerupainya dalam ke-tsiqah-an”. Ahmad bin Hanbal, Yahyaa bin Ma’iin, dan An-Nasaa’iy berkata : “Tsiqah”. Ibnu Hibbaan menyebutkannya dalam Ats-Tsiqaat [lihat : Tahdziibul-Kamaal, 27/49-52 no. 5715]. Periwayatan Maalik darinya juga merupakan keterangan tentang pentsiqahannya. Ibnu Syaahiin berkata : “Ia adalah anak saudara laki-laki As-Saaib bin Yaziid, seorang yang tsiqah sebagaimana dikatakan ‘Aliy bin Al-Madiiniy” [Taariikh Asmaa’ Ats-Tsiqaat, hal. 279 no. 1145]. Ibnu Hajar berkata : “Tsiqah tsabt” [Taqriibut-Tahdziib, hal. 911 no. 6454].
Adapun As-Saaib bin Yaziid bin Sa’iib bin Tsumaamah bin Al-Aswad Al-Kindiy; salah seorang shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam. Ia pernah berhaji dengan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam saat usianya tujuh tahun[1].
Diriwayatkan juga oleh An-Nasaa’iy dalam Al-Kubraa (no. 4687), Ath-Thahawiy dalam Syarh Ma’aanil-Aatsaar (1/293), Al-Firyaabiy dalam Ash-Shiyaam (129/174), Ibnu Syabbah dalam Taariikh Al-Madinah (2/281), Abu Bakr An-Naisabuuriy dalam Al-Fawaaid (ق135/أ), dan Al-Baihaqiy dalam Al-Kubraa (2/496); dari beberapa jalan, dari Maalik.
Diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Syaibah (2/391-392), Al-Marwaziy dalam Qiyaamul-Lail sebagaimana dalam Fathul-Baariy (4/253-254), dan Saiid bin Manshuur sebagaimana dalam Al-Mashaabih (hal. 28-29); dari beberapa jalan, dari Muhammad bin Yuusuf.
Riwayat Maalik bin Anas di atas diselisihi oleh ‘Abdurrazzaaq sebagai berikut :
عن داود بن قيس وغيره عن محمد بن يوسف عن السائب بن يزيد أن عمر جمع الناس في رمضان على أبي بن كعب وعلى تميم الداري على إحدى وعشرين ركعة يقرؤون بالمئين وينصرفون عند فروع الفجر
Dari Daawud bin Qais dan yang lainnya, dari Muhammad bin Yuusuf, dari As-Saaib bin Yaziid : Bahwasannya ‘Umar mengumpulkan orang-orang di bulan Ramadlaan yang diimami oleh Ubay bin Ka’ab dan Tamiim Ad-Daari dengan 21 raka’at.  Mereka membaca (surat-surat) Al-Mi’iin (= surat yang berjumlah lebih dari 100 ayat) dan pulang di ambang fajar” [Al-Mushannaf, 4/260-261 no. 7730].
Dhahir riwayat ini juga shahih.
Daawud bin Qais, ia adalah Al-Farraa’ Ad-Dabaagh Abu Sulaimaan Al-Qurasyiy Al-Madaniy. Asy-Syaafi’iy berkata : “Tsiqah haafidh”. Ahmad bin Hanbal berkata : “Tsiqah haafidh”. Abu Zur’ah, Abu Haatim, dan An-Nasaa’iy berkata : “Tsiqah” [lihat : Tahdziibul-Kamaal, 8/439-442 no. 1781]. Ibnu Hajar berkata : “Tsiqah” [Taqriibut-Tahdziib, hal. 308 no. 1817].
Dengan keberadaan riwayat ‘Abdurrazzaaq ini, sebagian orang menghukumi Muhammad bin Yuusuf mengalami idlthirab dalam periwayatan dari As-Saaib bin Yaziid. Akan tetapi ini tidak benar, sebab riwayat ‘Abdurrazzaaq mempunyai ‘illat tersembunyi.
Sebagaimana diketahui bahwa orang yang membawakan riwayat-riwayat dalam Al-Mushannaf karya ‘Abdurrazzaaq lebih dari satu orang. Dan yang meriwayatkan dalam Kitaabush-Shiyaam adalah Ishaaq bin Ibraahiim bin ‘Abbaad Ad-Dabariy[2]. Ia bukanlah seorang ahlul-hadiits. Mendengar riwayat dari ‘Abdurrazzaaq saat berumur tujuh tahun [Lisaanul-Miizaan, 2/37], yaitu pada tahun 210 H [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 13/416 no. 203]. Oleh karena itu, para ulama mengingkari banyak hadits Ad-Dabariy, karena ia telah meriwayatkan di akhir umur ‘Abdurazzaaq setelah berubah hapalannya – sebagaimana dikatakan Ibnush-Shalaah [Al-Mukhtalithiin oleh Al-‘Alaaiy, hal. 75]. Ahmad berkata : “Kami menemui ‘Abdurrazzaaq sebelum tahun 200 H yang waktu itu penglihatannya masih baik/sehat. Barangsiapa yang mendengar darinya setelah hilang penglihatannya (buta), maka penyimakan haditsnya itu lemah (dla’iifus-samaa’)” [Taariikh Abi Zur’ah, hal. 215 no.  1160]. Al-Qaadliy Muhammad bin Ahmad Al-Qurthubiy mengumpulkan beberapa kekeliruan penulisan Ad-Dabariy dalam Al-Mushannaf dalam Kitaabul-Huruuf Allatii Akhtha-a fiihaa Ad-Dabariy wa Shahhafahaa fii Mushannaf ‘Abdurrazzaq [Al-Lisaan, 2/37].
Dengan data di atas, maka riwayat ‘Abdurrazzaaq ada kemungkinan mengalami tashhif (salah tulis) dari faktor Ad-Dabariy; yaitu yang seharusnya tertulis إحدى عشرة ركعة (sebelas raka’at) menjadi إحدى وعشرين ركعة (duapuluh satu).
Kalaupun ‘illat tidak dianggap, maka riwayat ‘Abdurrazzaaq adalah syaadz. Daawud bin Qais telah menyelisihi Maalik bin Anas, Yahyaa bin Sa’iid Al-Qaththaan, Muhammad bin Ishaaq, dan Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz dalam periwayatan dari Muhammad bin Yuusuf.
Oleh karena itu, yang shahih (benar) dalam periwayatan Muhammad bin Yuusuf Al-A’raj adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Maalik bin Anas rahimahullah.
Muhammad bin Yuusuf dalam periwayatan dari As-Saaib bin Yaziid di atas (riwayat Maalik bin Anas dalam Al-Muwaththa’) diselisihi oleh Yaziid bin Khushaifah sebagai berikut :
وقد أخبرنا أبو عبد الله الحسين بن محمد بن الحسين بن فنجويه الدينوري بالدامغان ثنا أحمد بن محمد بن إسحاق السني أنبأ عبد الله بن محمد بن عبد العزيز البغوي ثنا علي بن الجعد أنبأ بن أبي ذئب عن يزيد بن خصيفة عن السائب بن يزيد قال كانوا يقومون على عهد عمر بن الخطاب رضى الله تعالى عنه في شهر رمضان بعشرين ركعة قال وكانوا يقرؤون بالمئتين وكانوا يتوكؤن على عصيهم في عهد عثمان بن عفان رضى الله تعالى عنه من شده القيام
Dan telah mengkhabarkan kepada kami Abu ‘Abdillah Al-Husain bin Muhammad bin Al-Husain bin Fanjuwaih Ad-Diinawariy di Daamighaan : Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Ishaaq As-Sunniy : Telah memberitakan ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz Al-Baghawiy : Telah menceritakan kepada kami ‘Aliy bin Ja’d : Telah memberitakan Ibnu Abi Dzi’b, dari Yaziid bin Khushaifah, dari As-Saaib bin Yaziid, ia berkata : “Mereka berdiri (shalat) di jaman ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ta’ala ‘anhu di bulan Ramadlaan sebanyak duapuluh raka’at”. As-Saaib berkata : “Mereka membaca dua ratus ayat hingga bersandar dengan tongkat-tongkat mereka di jaman ‘Utsmaan bin ‘Affaan radliyallaahu ta’ala ‘anhu karena lamanya berdiri” [Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy, 2/496].
Dhahir riwayat ini shahih.
Abu ‘Abdillah Al-Husain bin ‘Abd bin Shaalih bin Syu’aib bin Fanjuwaih Ats-Tsaqafiy Abu ‘Abdillah Ad-Diinawariy; seorang yang tsiqah, shaduuq, dan banyak mempunyai riwayat [lihat : Syuyuukh Al-Baihaqiy no. 48].
Ahmad bin Muhammad bin Ishaaq As-Sunniy, ia lebih dikenal dengan nama Ibnus-Sunniy pengarang kitab ‘Amalul-Yaum wal-Lailah; seorang haafidh yang tsiqah [lihat : Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 16/255-257 no. 178].
‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil-‘Aziiz Al-Baghawiy; seorang haafidh lagi tsiqah [lihat : Tadzkiratul-Huffadh, 2/737].
 ‘Aliy bin Ja’d bin ‘Ubaid Al-Jauhariy; seorang yang tsiqah lagi tsabat [Taqriibut-Tahdziib, hal. 691 no. 4732].
Ibnu Abi Dzi’b, ia adalah Muhammad bin ‘Abdirrahmaan bin Al-Mughiirah bin Al-Haarits bin Abi Dzi’b Al-Qurasyiy Al-‘Aamiriy Abul-Haarits Al-Madaniy; seorang yang tsiqah, faqiih, lagi faadlil [idem, hal. 871 no. 6122].
Yaziid bin ‘Abdillah bin Khushaifah bin ‘Abdillah bin Yaziid Al-Kindiy Al-Madaniy; seorang yang tsiqah [idem, hal. 1077 no. 7789]. Akan tetapi Ahmad dalam satu riwayat berkata tentangnya : “Munkarul-hadiits” [Mausu’ah Aqwaal Al-Imaam Ahmad, 4/152 no. 3547 dan Tahdziibul-Kamaal 32/173].
Riwayat ini juga ma’lul, dari sisi Yaziid bin Khushaifah. Perkataan munkarul-hadiits dari Ahmad terhadapnya bermakna (sebagaimana diterangkan Ibnu Hajar dalam Hadyus-Saariy) : ia menyendiri/asing (ghariib) dalam periwayatan hadits dari aqran-nya.
Dalam hal ini, ia (Yaziid) menyelisihi orang yang lebih tsiqah darinya dalam periwayatan dari As-Saaib bin Yaziid, yaitu Muhammad bin Yuusuf. Muhammad bin Yuusuf adalah perawi yang berpredikat tsiqah tsabat, sedangkan Yaziid bin Khushaifah hanya berpredikat tsiqah saja. Ini termasuk jenis gharabah yang dimaksudkan oleh Ahmad di atas.
Penyelisihan ini dalam bentuk perbedaan periwayatan antara sebelas raka’at dengan dua puluh raka’at. Yaziid mengkhabarkan bahwa di jaman ‘Umar, orang-orang shalat sebanyak duapuluh raka’at; sedangkan pada riwayat Muhammad bin Yuusuf mengkhabarkan bahwa orang-orang shalat di belakang Ubay bin Ka’b dan Tamiim Ad-Daariy sebanyak sebelas raka’at. Yang terakhir inilah yang mahfudh yang terjadi di jaman ‘Umar bin Al-Khaththaab sebagaimana diriwayatkan oleh As-Saaib bin Yaziid radliyallaahu ‘anhumaa.
Dikatakan bahwa riwayat Yaziid bin Khushaifah ini dikuatkan oleh Al-Haarits bin ‘Abdirrahmaan bin Abi Dzubaab [Diriwayatkan oleh ‘Abdurrazzaaq, 4/261-262 no. 7733].[3] Akan tetapi riwayat itu sangat lemah, karena faktor Al-Aslamiy. Ia adalah Ibraahiim bin Muhammad bin Abi Yahyaa Al-Aslamiy; seorang yang matruuk [At-Taqriib, hal. 115 no. 243].
Ada riwayat lain yang menceritakan taraawih di jaman ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu :
وحدثني عن مالك عن يزيد بن رومان أنه قال كان الناس يقومون في زمان عمر بن الخطاب في رمضان بثلاث وعشرين ركعة
Dan telah menceritakan kepadaku dari Maalik, dari Yaziid bin Ruumaan, bahwasannya ia berkata : “Orang-orang menegakkan (shalat tarawih) di bulan Ramadlan pada masa ‘Umar bin Khaththaab radliyallaahu ‘anhu sebanyak duapuluh tiga raka’at” [Al-Muwaththa’ 1/479 no. 272].
Yaziid bin Ruumaan – meskipun ia tsiqah [At-Taqriib, hal. 1074 no. 7763] – namun ia tidak pernah menemui masa ‘Umar bin Al-Khaththaab radliyallaahu ‘anhu, sehingga riwayat ini munqathi’ (terputus) lagi dla’iif (lemah).
Riwayat Yaziid bin Ruumaan ini tidak bisa menguatkan riwayat Yaziid bin Khushaifah, karena ia adalah riwayat syaadz. Telah dimaklumi dalam kaedah-kaedah ilmu hadits bahwa sebuah riwayat syaadz tidak bisa terangkat kedudukannya dengan keberadaan syawaahid.
Kesimpulan : Shalat taraawih di jaman Khalifah ‘Umar bin Al-Khaththaab dan yang beliau perintahkan adalah sebelas raka’at. Tidak sah riwayat yang menyatakan duapuluh, duapuluh satu, atau duapuluh tiga raka’at.
Al-Aajuriiy berkata :
من أصحابنا عن مالك أنه قال : الذي جمع عليه الناس عمر بن الخطاب أحب إلي وهو إحدى عشرة ركعة وهي صلاة رسول الله صلى الله عليه وسلم....
Dari shahabat kami, dari Maalik, ia berkata : “(Shalat) dimana ‘Umar mengumpulkan orang-orang lebih aku senangi, yaitu sebanyak sebelas raka’at. Ia adalah shalat yang pernah dilakukan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam….” [Al-Mashaabih, hal. 32].
Wallaahu a’lam.
Bahan bacaan :
a.        Kasyfush-Shariih ‘an Aghlaathish-Shaabuuniy fii Shalaatit-Taraawih oleh ‘Aliy Al-Halabiy; Maktabah Ash-Shahaabah, Cet. 1/1413 H.
b.        Al-Mashaabih fii Shalaatit-Taraawih oleh As-Suyuthiy, tahqiq & takhrij & ta’liq : ‘Aliy Al-Halabiy – ebook (http://www.kulalsalafiyeen.net).
c.        Shifatu Shamin-Nabiy oleh Saliim Al-Hilaliy dan ‘Aliy Al-Halabiy; Al-Maktabah Al-Islaamiyyah, Cet. 2/1409 H.
[abu al-jauzaa’ – 21-08-2010 – perumahan ciomas permai].


[1]        Sebagaimana riwayat :
حدثنا المقدام بن داود ثنا أسد بن موسى (ح) وثنا موسى بن هارون ثنا قتيبة بن سعيد ثنا حاتم بن إسماعيل عن محمد بن يوسف عن السائب بن يزيد قال : حج بي مع رسول الله صلى الله عليه وسلم في حجة الوداع وأنا ابن سبع سنين.
 Telah menceritakan kepada kami Al-Miqdaam bin Daawud : Telah menceritakan kepada kami Asad bin Muusaa. Dan telah menceritakan kepada kami Muusaa bin Haaruun : Telahmenceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’iid : Telah menceritakan kepada kami Haatim bin Ismaa’iil, dari Muhammad bin Yuusuf, dari As-Saaib bin Yaziid, ia berkata : “Aku pernah berhaji bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam haji wadaa’ dimana saat itu aku berusia tujuh tahun” [Diriwayatkan Ath-Thabaraaniy dalam Al-Kabiir, 7/185 no. 6678; shahih].
[2]        Al-Mushannaf, 4/153 : Telah mengkhabarkan kepada kami Abu Sa’iid Ahmad bin Muhammad bin Ziyaad Al-A’rabiy, ia berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Ishaaq bin Ibraahiim bin ‘Abbaad Ad-Dabariy, ia berkata : Kami membaca di hadapan ‘Abdurrazzaaq……. dst.
[3]        Sebagaimana tertulis di sebuah artikel majalah kesayangan kita : As-Sunnah, Edisi 07/VII/1424 H/2003 M, hal. 30.

Tidak ada komentar: