Pernahkah Anda membaca hadits lengkap dengan sanadnya yang menyebutkan sekaligus Ahmad bin Hanbal, Asy-Syaafi’iy, dan Maalik bin Anas rahimahumullah ?. Sebagaimana diketahui bahwa Ahmad bin Hanbal berguru kepada Asy-Syaafi’iy, dan Asy-Syaafi’iy berguru kepada Maalik bin Anas. Jika ada yang belum, cermati hadits berikut :
Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ الشَّافِعِيُّ رَحِمَهُ اللَّهُ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ، عَنْ نَافِعٍ، عَنِ ابْنِ عُمَرَ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " لَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ "، وَنَهَى عَنِ النَّجْشِ، وَنَهَى عَنْ بَيْعِ حَبَلِ الْحَبَلَةِ، وَنَهَى عَنِ الْمُزَابَنَةِ، وَالْمُزَابَنَةُ: بَيْعُ الثَّمَرِ بِالتَّمْرِ كَيْلًا، وَبَيْعُ الْكَرْمِ بِالزَّبِيبِ كَيْلًا
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy rahimahullah : Telah mengkhabarkan kepada kami Maalik, dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda : “Janganlah sebagian di antara kalian menjual sesuatu atas penjualan sebagian yang lain”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam melarang jual-beli najasy, habalul-habalah, dan muzaabanah. Dan yang dimaksud dengan muzaabanah itu adalah jual-beli kurma muda yang masih ada di pohon dengan kurma masak/tua dengan ukuran tertentu, dan jual beli anggur muda yang masih ada di pohon dengan anggur masak/tua dengan ukuran tertentu” [Al-Musnad, 2/108].
Rantai periwayatan dengan sanad seperti di atas merupakan sanad yang paling shahih menurut Al-Bukhaariy.[1]
Contoh lain, Ahmad bin Hanbal rahimahullah berkata :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِدْرِيسَ يَعْنِي الشَّافِعِيَّ، عَنْ مَالِكٍ، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ أَخْبَرَهُ، أَنَّ أَبَاهُ كَعْبَ بْنَ مَالِكٍ كَانَ يُحَدِّثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّمَا نَسَمَةُ الْمُؤْمِنِ طَائِرٌ يَعْلُقُ فِي شَجَرِ الْجَنَّةِ حَتَّى يُرْجِعَهُ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى إِلَى جَسَدِهِ يَوْمَ يَبْعَثُهُ "
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Idriis – yaitu Asy-Syaafi’iy - , dari Maalik, dari Ibnu Syihaab, dari ‘Abdurrahmaan bin Ka’b bin Maalik, bahwasannya ia telah memberi khabar kepadanya, bahwa ayahnya – Ka’b bin Maalik – pernah menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda : “Sesungguhnya ruh seorang mukmin terbang - makan dan mendapatkan nikmat - di pohon jannah, sampai Allah tabaraka wa ta’ala mengembalikan kepada jasadnya kelak pada hari kebangkitan" [Al-Musnad, 3/455].
Ibnu Katsiir rahimahullah berkata terkait hadits di atas :
وقد روينا في مسند الإمام أحمد حديثا فيه البشارة لكل مؤمن بأن روحه تكون في الجنة تسرح أيضا فيها، وتأكل من ثمارها، وترى ما فيها من النضرة والسرور، وتشاهد ما أعده الله لها من الكرامة، وهو بإسناد صحيح عزيز عظيم، اجتمع فيه ثلاثة من الأئمة الأربعة أصحاب المذاهب المتبعة؛ فإن الإمام أحمد، رحمه الله، رواه عن [الإمام] محمد بن إدريس الشافعي، رحمه الله، عن مالك بن أنس الأصبحي، رحمه الله، عن الزهري عن عبد الرحمن بن كعب بن مالك، عن أبيه، رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ....(وذكر الحديث).....
“Dan telah diriwayatkan dalam Musnad Al-Imaam Ahmad sebuah hadits yang padanya terdapat khabar gembira bagi setiap orang beriman bahwa ruhnya akan berada di surga yang berkeliling, makan buah-buahan, serta melihat keindahan dan kegembiraan di dalamnya. Selain itu juga menyaksikan apa yang Allah sediakan baginya berupa kemuliaan. Hadits itu diriwayatkan dengan sanad shahih, kuat, lagi agung. Telah berkumpul padanya tiga dari empat orang imam madzhab[2] yang diikuti (kaum muslimin). Hal itu dikarenakan Al-Imaam Ahmad rahimahullah meriwayatkan dari Al-Imaam Muhammad bin Idriis Asy-Syaafi’iy rahimahullah, dari Maalik bin Anas Al-Ashbahiy rahimahullah, dari Az-Zuhriy[3], dari ‘Abdurrahmaan bin Ka’b bin Maalik, dari ayahnya radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “…..(kemudian Ibnu Katsiir menyebutkan haditsnya)….” [Tafsiir Ibni Katsiir, 2/164].
Semoga informasi ini ada manfaatnya.
Wallaahu a’lam.
[abul-jauzaa’ – sardonoharjo, ngaglik, sleman, yk – 03052012 – mengambil sebagian faedah dari : http://www.ahlalhdeeth.com/vbe/showthread.php?t=4397, dengan penambahan catatan kaki].
[1] Para ulama berbeda pendapat dalam hal ini. Ibnu Katsiir rahimahullah menjelaskan perbedaan pendapat tersebut sebagai berikut :
فَعَنْ أَحْمَدَ وَإِسْحَاقَ أَصَحُّهَا اَلزُّهْرِيُّ عَنْ سَالِمٍ عَنْ أَبِيهِ وَقَالَ عَلِيُّ بْنُ اَلْمَدِينِيِّ والفَلَّاسُ أَصَحُّهَا مُحَمَّدُ بْنُ سِيرِينَ عَنْ عُبَيْدَةَ عَنْ عَلِيٍّ وَعَنْ يَحْيَى بْنِ مَعِينٍ أَصَحُّهَا اَلْأَعْمَشُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ وَعَنْ اَلْبُخَارِيِّ مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ وَزَادَ بَعْضُهُمْ اَلشَّافِعِيُّ عَنْ مَالِكٍ, إِذْ هُوَ أَجَلُّ مَنْ رُوِيَ عَنْهُ
“Diriwayatkan dari Ahmad (bin Hanbal) dan Ishaaq (bin Rahawaih), sanad yang paling shahih adalah Az-Zuhriy, dari Saalim, dari ayahnya (Ibnu ‘Umar).
‘Aliy bin Al-Madiiniy dan Al-Fallaas berkata : ‘Sanad yang paling shahih adalah Muhammad bin Siiriin, dari ‘Ubaidah, dari ‘Aliy (bin Abi Thaalib)’.
Yahyaa bin Ma’iin berpendapat bahwa sanad yang paling shahih adalah Al-A’masy, dari Ibraahiim (An-Nakha’iy), dari ‘Alqamah, dari Ibnu Mas’uud.
Adapun Al-Bukhaariy berpendapat bahwa sanad yang paling shahih adalah Maalik (bin Anas), dari Naafi’, dari Ibnu ‘Umar – dan sebagian ulama menambahkan : Asy-Syaafi’iy, dari Maalik, karena Asy-Syaafi’iy adalah orang yang paling agung yang meriwayatkan dari Maalik” [Baa’itsul-Hatsiits, hal 101, tahqiq : Ahmad Syaakir, ta’liq : Al-Albaaniy].
Asy-Syaikh Ahmad Syaakir menjelaskan dalam syarah-nya terhadap Baa’itsul-Hatsiits bahwa sanad yang paling shahih itu tidak bisa dimutlakkan, namun di-taqyiid dengan shahabat atau negeri [idem, hal. 101-105].
[2] Adapun Al-Imaam Abu Haniifah, meskipun beliau seorang yang faqiih, namun dalam periwayatan hadits beliau dilemahkan oleh jumhur ulama. Beda halnya dengan ketiga imam lainnya yang merupakan imam di bidang periwayatan hadits.
[3] Maalik bin Anas adalah orang yang paling tsabt periwayatannya dalam hadits Az-Zuhriy, sebagaimana dikatakan Ibnu Ma’iin, Al-Fallaas, dan Abu Haatim rahimahumullah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar