
Setiap
manusia tentulah sangat menyukai dan merindukan keindahan. Banyak orang
yang menganggap keindahan adalah pangkal dari segala puji dan harga.
Tidak usah heran kalau banyak orang memburunya. Ada orang yang berani
pergi beratus bahkan beribu kilometer semata-mata untuk mencari suasana
pemandangan yang indah. Banyak orang rela membuang waktu untuk berlatih
mengolah jasmani setiap saat karena sangat ingin memiliki tubuh yang
indah. Tak sedikit juga orang berani membelanjakan uangnya berjuta
bahkan bermilyar karena sangat rindu memiliki rumah atau kendaraan
mewah.
Akan
tetapi, apa yang terjadi? Tak jarang kita menyaksikan betapa terhadap
orang-orang yang memiliki pakaian dan penampilan yang mahal dan indah,
yang datang ternyata bukan penghargaan, melainkan justru penghinaaan.
Ada juga orang yang memiliki rumah megah dan mewah, tetapi bukannya
mendapatkan pujian, melainkan malah cibiran dan cacian. Mengapa
keindahan yang tadinya disangka akan mengangkat derajat kemuliaan malah
sebaliknya, padahal kunci keindahan yang sesungguhnya adalah jika
sesorang merawat serta memperhatikan kecantikan dan keindahan hati.
Inilah pangkal kemuliaan sebenarnya.
Rasulullah
SAW pakaiannya tidak bertabur bintang penghargaan, tanda jasa, dan
pangkat. Akan tetapi, demi Allah sampai saat ini tidak pernah berkurang
kemuliaannya. Rasulullah SAW tidak menggunakan singgasana dari emas yang
gemerlap, ataupun memiliki rumah yang megah dan indah. Akan tetapi,
sampai detik ini sama sekali tidak pernah luntur pujian dan penghargaan
terhadapnya, bahkan hingga kelak datang akhir zaman. Apakah rahasianya?
Ternyata semua itu dikarenakan Rasulullah SAW adalah orang yang sangat
menjaga mutu keindahan dan kesucian hatinya.
Rasulullah
SAW bersabda, "Ingatlah, dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging.
Kalau segumpal daging itu baik, maka akan baiklah seluruh tubuhnya.
Tetapi, bila rusak, niscaya akan rusak pula seluruh tubuhnya. Segumpal
daging itu bernama qolbu!" (HR. Bukhari dan Muslim).
Boleh
saja kita memakai segala apapun yang indah-indah. Namun, kalau tidak
memiliki hati yang indah,demi Allah tidak akan pernah ada keindahan yang
sebenarnya. Karenanya jangan terpedaya oleh keindahan dunia. Lihatlah,
begitu banyak wanita malang yang tidak mengenal moral dan harga diri.
Mereka pun tidak kalah indah dan molek wajah, tubuh, ataupun
penampilannya. Kendatipun demikian, mereka tetap diberi oleh Allah dunia
yang indah dan melimpah.
Ternyata
dunia dan kemewahan bukanlah tanda kemuliaan yang sesungguhnya karena
orang-orang yang rusak dan durjana sekalipun diberi aneka kemewahan yang
melimpah ruah oleh Allah. Kunci bagi orang-orang yang ingin sukses,
yang ingin benar-benar merasakan lezat dan mulianya hidup, adalah
orang-orang yang sangat memelihara serta merawat keindahan dan kesucian
qalbunya.
Imam
Al Ghazali menggolongkan hati ke dalam tiga golongan, yakni yang sehat
(qolbun shahih), hati yang sakit (qolbun maridh), dan hati yang mati
(qolbun mayyit).
Seseorang
yang memiliki hati sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan
berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana
atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar
sudah melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang
bersih.
Orang
yang paling beruntung memiliki hati yang sehat adalah orang yang dapat
mengenal Allah Azza wa Jalla dengan baik. Semakin cemerlang hatinya,
maka akan semakin mengenal dia. Penguasa jagat raya alam semesta ini. Ia
akan memiliki mutu pribadi yang begitu hebat dan mempesona. Tidak akan
pernah menjadi ujub dan takabur ketika mendapatkan sesuatu, namun
sebaliknya akan menjadi orang yang tersungkur bersujud. Semakin tinggi
pangkatnya, akan membuatnya semakin rendah hati. Kian melimpah hartanya,
ia akan kian dermawan. Semua itu dikarenakan ia menyadari, bahwa semua
yang ada adalah titipan Allah semata. Tidak dinafkahkan di jalan Allah,
pasti Allah akan mengambilnya jika Dia kehendaki.
Semakin
bersih hati, hidupnya akan selalu diselimuti rasa syukur. Dikaruniai
apa saja, kendati sedikit, ia tidak akan habis-habisnya meyakini bahwa
semua ini adalah titipan Allah semata, sehingga amat jauh dari sikap
ujub dan takabur. Persis seperti ucapan yang terlontar dari lisan Nabi
Sulaiman AS, tatkala dirinya dianugerahi Allah berbagai kelebihan,
"Haadzaa min fadhli Rabbii, liyabluwani a-asykuru am afkuru." (QS. An
Naml [27] : 40). Ini termasuk karunia Tuhanku, untuk mengujiku apakah
aku mampu bersyukur atau malah kufur atas nikmat-Nya.
Suatu
saat bagi Allah akan menimpakkan ujian dan bala. Bagi orang yang
hatinya bersih, semua itu tidak kalah terasa nikmatnya. Ujian dan
persoalan yang menimpa justru benar-benar akan membuatnya kian merasakan
indahnya hidup ini. Karena, orang yang mengenal Allah dengan baik
berkat hati yang bersih, akan merasa yakin bahwa ujian adalah salah satu
perangkat kasih sayang Allah, yang membuat seseorang semakin bermutu.
Dengan
persoalan akan menjadikannya semakin bertambah ilmu. Dengan persoalan
akan bertambahlah ganjaran. Dengan persoalan pula derajat kemuliaan
seorang hamba Allah akan bertambah baik, sehingga ia tidak pernah resah,
kecewa, dan berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan
bagian yang harus dinikmati dalam hidup ini.
Oleh
karenanya, tidak usah heran orang yang hatinya bersih, ditimpa apapun
dalam hidup ini, sungguh bagaikan air di relung lautan yang dalam. Tidak
pernah akan berguncang walaupun ombak badai saling menerjang. Ibarat
karang yang tegak tegar, dihantam ombak sedahsyat apapun tidak akan
pernah roboh. Tidak ada putus asa, tidak ada keluh kesah berkepanjangan.
Yang ada hanya kejernihan dan keindahan hati. Ia amat yakin dengan
janji Allah, "Laa yukalifullahu nafasan illa wus’ahaa." (QS. Al Baqarah
[2] : 286). Allah tidak akan membebani seseorang, kecuali sesuai dengan
kesanggupannya. Pasti semua yang menimpa sudah diukur oleh-Nya. Mahasuci
Allah dari perbuatan zhalim kepada hamba-hamba-Nya.
Ia
sangat yakin bahwa hujan pasti berhenti. Badai pasti berlalu. Malam
pasti berganti menjadi siang. Tidak ada satu pun ujian yang menimpa,
kecuali pasti akan ada titik akhirnya. Ia tidak berubah bagai intan yang
akan tetap kemilau walaupun dihantam dengan apapun jua.
Memang
luar biasa orang yang memiliki hati yang bersih. Nikmat datang tak
pernah membuatnya lalai bersyukur, sementara sekalipun musibah yang
menerjang, sama sekali tidak akan pernah mengurangi keyakinan akan
curahan kasih sayang-Nya. Semua itu dikarenakan ia bisa menyelami
sesuatu secara lebih dalam atas musibah yang menimpa dirinya, sehingga
tergapailah sang mutiara hikmah. Subhanallaah, sungguh teramat beruntung
siapapun yang senantiasa berikhtiar dengan sekuat-kuatnya untuk
memperindah qolbunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar