Membaca
interpretatif bertujuan agar para siswa mampu menginterpretasi atau
menafsirkan maksud pengarang, apakah karangan itu fakta atau fiksi,
sifat-sifat tokoh, reaksi emosional, gaya bahasa dan bahasa kiasan, serta dampak-dampak cerita tersebut terhadap pembaca.
A. Maksud Pengarang
Seorang
pengarang menulis sesuatu utuk dibaca orang lain. Pengarang sebenarnya
mempunyai maksud tertentu dengan karya itu, oleh sebab itu perlu kita
ketahui terlebih dahulu ragam-ragan tulisan.
Secara garis besarnya karya tulis dapat berupa:
1. Narasi
2. Deskrepsi
3. Persuasi
4. Eksposisi(tarigan)
1. Tulisan Bernada Akrab
Tulisan ini bersifat pribadi yaitu suatu bentuk tulisan yang
memnberikan sesuatu yang paling menyenangkan dalam perjalanan diri
penulis. Peranan yang paling penting dari tulisan pribadi adalah nilai
yang terkandung didalamnya. Penulis akan lebih sadar akan kehidupan itu
sebab pikiran-pikiran mengenai kehidupan telah dilestarikan kedalam
kata-kata.
Tulisan pribadi dapat berbentik buku harian(diary) catatan harian (journal), cerita tak resmi, suray, dan puisi.
Tulisan pribadi ditandai oleh:
1. Bahasa yang alamiah, wajar, biasa, sederhana.
2. Ujaran yang normal, lincah, kalimat yang biasa dipakai sehari-hari.
Karena bebas dari sifat keresmian, maka tulisan pribadi harus:
a. Hidup, bersemangat
b. Lincah, cermelang
c. Menarik, memikat, mempesona
d. Menyegarkan
tulisan pribadi dapat berbentuk:
a. Buku harian, catatan harian
b. Cerita otobiografi
c. Lelucon otobiografi
d. Esai pribadi
2. Tulisan Bernada Penerangan
Tulisan bernada penerangan bersifat informatif dan membuahkan tulisan
yang bersifat deskriptif, bersifat memerikan. Memerikan berarti
melukiskan, memaparkan adanya, tanpa menambahi mengurangi keadaan
sebenarnya. Karya ini bertujuan mengajak para pembaca bersama-sama
menikmati, merasakan,memahami dengan sebaik-baiknya obyek,adegan,
pribadi, atau suasana hati yang dialami penulis. Deskrepsi atau pemerian
bermaksud menjelaskan, menerangkan ,minat pembaca.
Dilihat dari bentuknya maka karya tulis pemerian dapat dibagi atas:
- pemerian factual
- pemerian pribadi
3. Tulisan Bernada Penjelasan
Tulisan yangbernada penjelasan disebut tulisan penyingkapan berbeda
dari tulisan yang bernada penerangan,karena tujuannya tidak hanya
menceritakan, memeriakan,ataupun meyakinkan tetapi justru menjelaskan
sesuatu pada pembaca.
4. Tulisan Bernada Mendebat
Pengarang menggunakan nada debat atau argumentasi maka hasilnya karya
tulis persuasive. Persuasive bertujuan meyakinkan pembaca. Untuk
mencapai tujuan itu dituntut beberapa kualitas:
- Tulisan persuasif harus jelas dan tertib.
- Tulisan persuasif harus hidup dan bersemangat.
- Tulisan persuasif harus beralasan kuat, mempunyai argument-argumen yang logis.
- Tulisan persuasif harus bersifat dramatik
5. Tulisan Bernada Mengkritik
Tulisan yang bernada mengkritik bertujuan menilai atau mengevaluasi
karya sastra, agar dapat membawa kritik yang baik. Banyak orang
berprasangka jelek terhadap karya sastra. Analisis kritia kita maksudkan
suatu upaya yang memacu pada pembuatan pertimbangan atau pengambilan
keputusan evaluasi yang dilakukan secara matang, teliti, dan tidak berat
sebelah.
Tanpa membaca karya sastra, tidak mungkin membiat analisis kritis yang
memuaskn. Kegiatan diskusi sastra secara analisis dapat meningkatkan
keterampilan membaca dan menulis.
6. Tulisan Bernada Kewenangan
Tulisan bernada kewenangan atau otoritatif menghasilkan karya ilmiah.
Tujuan karya ilmiah yanga bernada otoritatif ini ialah mencapai suatu
gelar tertentu. Secara garis besar ada tiga jenis karya ilmiah, dengan
masing-masing kewenangan tertentu:
a. Skripsi untuk mencapai sarjana muda
b. Tesis untuk mencapai gelar sarjana
c. Disertasi untuk mencapai gelar doctor
Tahap yang dilalui tulisan ilmiah sebagai berikut:
1. Memilih topic
2. Membaca pendahuluan
3. Menentukan bibliografi pendahuluan
4. Membuat kerangka pendahuluan..
5. Membuat catatan
6. Menyusun kerangka akhir
7. Menyusun naskah pertama
8. Mengadakan revisi
9. Menyusun naskah akhir
10. Mengoreksi cetakan percobaan
11. mencetak karya tersebut (Adelstein dan Prival,1976;521; klammer; 1978;83)
B. Fakta atau fiksi
Membaca interpretatif adalah mengenal perbedaan antara fakta dan fiksi.
Pasda tahap pertma, konsep-konsep fantasi dan realitas diperkenalkan
dan dijelasakan dengan ilustrasi, kontras serta membedakan kedua tipe
sastra tersebut. Pada tahap kedua, para siswa diajarkan perbedaan
anatara fiksi dan non-fiksi dan diterangkan cara-cara menggunakan
sumber-sumber ekste4rnal untuk menentukan realitas orang, tempat dan
peristiea-peristiwa dalam cerita.
Dalam penulisan cerita fiksi perlu diperhatikan prinsip-prinsip teknis sebagai berikut :
a) Permulaan dan eksposisi
b) Pemerian dan latar
c) Suasana
d) Pilihan dan saran
e) Saat penting
f) Klimaks
g) Konflik
h) Komplikasi
i) Pola atau model
j) Kesudahan, kesimpulan
k) Tokoh dan aksi
l) Pusat minat
m) Pusat tokoh
n) Pusat narasi
o) Jarak skala
p) Langkah (Brooks and Wareen ; 1959 :644-8)
khusus bagi fiksi cerita pendek, maka unsur-unsur berikut ini harus dimiliki :
a) Tema
b) Plot, perangkap atau konflik dramatic
c) Pelukisan watak
d) Ketegangan dan pembayangan
e) Kesegaran dan suasana
f) Sudut pandang (point of view)
g) Focus terbatas dan kesatuan (lubis, 1960 : 14).
C. Sifat-sifat tokoh
Membaca interpretatif adalah keterampilan menafsirkan sifat-sifat,
cirri-ciri tokoh atau character traits. Kata cirri, sifat atau trait
disini mengandung pengertian yang mengacu kepada jenis-jenis
karakteristik luar yang kongkrit yang mencerminkan kebiasaan, tingkah
laku sehari-hari yang bersifat refleksi, tidak menunjukan kecendrungan
yang mengandung motifasi tertentu. Cirri-ciri seorang tokoh berdasar
tindakan atau tingkah lakunya itu mungkin saja dipengaruhi oleh
sifat-sifat yang dimilikinya. Berupaya mengenali sifat-sifat tokoh,
menemukan peristiwa atau kejadian yang dapat menunjang pendapat mereka
danmembuat ramalan-ramalan mengenai tingkah laku tokoh-tokoh tertentu
berdasarkan pengetahuanmereka mengenai sifat-sifat para tokoh tersebut
(Otto & Chester, 1976 : 159).
Bobot hakkat kemanusian diekspresikan sebagai :
a) Kebutuhan-kebutuhan akan hubungan
b) Transendens (berpisah dari orang lain dan benda)
c) Identitas (mengenali atau mengetahui)
d) Kerangka acuan (mempunyai cara yang stabil)
Berdasarkan klasifikasi ciri-cirinya, maka setiap pribadi mempunyai orientasi tertentu diantaranya sebagai berikut :
a) Orientasi reseptif (menerima apa saja)
b) Orientasi eksploitatif ( Orientasi yang bersifat memeras, mengisap)
c) Orientasi penimbunan (orientasi yang bersifat menumpik, menimbun)
d) Orientasi perdagangan
e) Orientasi produktif
D. Reaksi Emosional
Kegiatan membaca interpretative adalah melatih keterampilan menafsirkan
reaksi emosional Sesutu karya tulis. Disini dipusatkan pada dua aspek
reaksi emosional, yaitu :
a) Reaksi omosional sang pembaca pada anbea tipe karya sastra
b) Reaksi-reaksi omosional terhadap para tokoh di dalam karya sastra.
Mengenal
reaksi-reaksi emosional para tokoh dalam cerita-cerita yang mereka baca
serta menentukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara
reaksi-reaksi para tokoh fiktif itu dengan reaksi-reaksi mereka sendiri.
Emosi mempengaruhi kita dalam kehidupan, baik dalam penyesuaian diri
secara perorangan maupun secra kelompok. Mengenai hal ini ada bebrapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
a) Emosi dapat menambah kesenangan terhadap pengalaman sehari-hari
b) Emosi mempersiapkan tibuh kita untuk peran tertentu
c) Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motoris
d) Emosi dapat bertindak sebagai suatu bentuk komunikasi
e) Emosi dapat mengganggu kegiatan-kegiatan mental
f) Emosi dapat bertindak sebagai sumber-sumber penilaian osial dan penilaian diri sendiri
g) Emosi dapat mewarnai pandangan dan harapan anak-anak terhadap hidup ini
h) Emosi mempengaruhi interaksi social
i) Emosi meninggalkan dampaknya pada ekspresi wajah air muka dan mimic
j) Emosi dapat memengaruhi iklim psikologis
k) Responsi-responsi emosional kalau berlangsung berulang-ulang dapat berkembang menjadi kebiasaan
Ciri-ciri khas emosi-emosi tersebut atara lain :
a) Emosi biasanya kuat, hebat berapi-api
b) Emosi sering-sering kelihatan muncul
c) Emosi biasanya bersifat sementara atau tidak kekal
d) Response-responsi mencerminkan kepribadian
e) Emosi sering berganti kekuatan
f) Emosi dapat ditemukan dengan gejala-gejala tingkah laku
E. Gaya Bahasa
Keterasmpilan dan kemampuan menafsirkan gaya
bahasa dan bahasa kias merupakan butir kelima dari kegiatan membaca
interpretatif. Bahasa diperluas dengan cara memper6kenalkan makna-makna
konotatif dan denotative eufenisme da pola-pola bahasa sehari-hari.
Melalui penganalisisan karya tulis orang lain dan karya kreatif mereka
sendiri. Maka para siswa belajar memahami serta memanfaatkan bahasa
imajinatif dengan lebih baik.
Bahasa adalah suatu sarana interaksi social, fungsi utamanya adalah
kominikasi, korelasi psikologis sesuatu bahasa adalah kompetesi atau
kemampuan komunikasi, kemampuan melaksanakan interaksi social dengan
bantuan bahasa. (Dik, 1979 : 5).
Aspek retoris lainya dari peranan penulisan cerita adalah penggunaan
bahasa untuk menciptakan suatu nada atau suasana persuasuif serta
merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan hubungan dan interaksi antar
sesama tokoh. Kemampuan penulis mempergunakan bahasa secara cermat dan
tepat guna akan dapat menjelmakan suatu suasana yang berterus-terang
atau satiris, simpatik atau menjengkelkan, objektif atau emosional.
Kegunaan lain dari bahasa adalah untuk menandai tema seseorang tokoh. Para
peulis dapat memanfaatkanbahasa untuk menghasilkan efek misik yang
serupa itu dengan cara menyuruh seseorang tokoh agak sering mengulangi
suatu frase yang ingin diperkenalkan. Keterampilan sang pengarang
memanfaatkan bahasa untuk menciptakan nada dan suasana yang tepat guna,
dapat memukau para pembaca. Berbagai gaya bahasa dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan sang pengarang, antara lain :
a) aliterasi (pengulangan bunyi-bunyi yang sama)
b) antanaklasis (pengulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda)
c) antitesis (perbandingan dua buah kata yang berantonom, berlawanan makna)
d) kiasmus (pengulangan serta infersi hubungan antara dua kata dalam kalimat)
e) oksimoron (pembentukan suatu hubungan sintaksis antara dua buah antonm)
f) paralipsis
(suatu rumusan yang dipergunakan untuk mengumumkan bahwa seseorang
tidak mengatakan yang tidak dikatakanya dalam kalimat itu sendiri)
g) Paronomasia (penjajaran kata-kata yang bersamaan bunyi tetapi berbeda makna)
h) Silepsis
(penggunan sebuah kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan
berpartisipasi dalam lebih dari satu kontruksi sintaksis)
i) Zeugma (koordinasi keterbatasan dua kata yanf mempunyai makna yang berbeda)
F. Dampak Cerita
Kegiatan
membaca interpretatif menyangkut masalah dampak cerita cerita, suatu
keterampilan meramalkan aneka dampak yang mungkin dihasilkan oleh
sesuatu cerita. Keterampilan utama yang dituntut disini adalah
keterampilan meramalan dalam pelbagai tahap yang terdapat dalam cerita
apa yang terjadi berikutnya dan membimbing anak-anak untuk menyadari
bahwa dalam setiap situasi tertentu mungkin saja terkandung sejumlah
dampak yang masuk akal.
Biasanya setiap cerita dapat dibagi atas lima bagian, yaitu :
a) Situasi (pengarang mulai melikiskan suatu keadaan atau situasi)
b) Generating circumstances (peristiwa yang bersangkutpaut, yang berkait-kaitan mulai bergerak)
c) Rising action (keadaan mulai memuncak)
d) Climax (peristiwa-peristiwa mulai memuncak)
e) Denoument (pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa)
Pengartian setiap jenis tersebut adalah sebagai berikut :
1) Alur gerak
Dalam
bahasa inggis alur gerak ini disebut the action plot. Alur disusun
disekitar suatu masalah dan pemecahannya. Alur ini terutama sekali
sering pada sastra popular, sastra massa.
2) Alur pedih
Disebut
the pathetic plot dalam bahasa inggris.Serangkaian musibah menimpa
seorang pelaku utama yag cantik atau ganteng tetapi lemah. Cerita ini
berakhir dengan kesedihan, kepedihan dan menimbulkan rasa kasihan dari
para pembaca. Alur seperti ini umumnya terdapat pada novel-novel
naturalis abad 19.
3) Alur tragis atau the tragic plot
Sang
pelaku utama, yang masih anteng dalam beberapa hal bertanggungjawab
terhadap kemalangan yang menimpa dirinya sendiri, tetapi dia tidak
mengetahui hal ini sejak semula. Karenanya, para pembaca mengalami
kataris, rasa terharu.
4) Alur penghukuman atau the punitive plot
Dalam
alur ini sang pelaku utama tidak dapat menarik rasa simpati para
pembaca, walaupun dia sebenarnya mengagumkan dalam bebrapa hal. Cerita
berakhir dengan kegagalan sang pelaku utama.
5) Alur sinis
Seorang tokoh utama, tokoh ini yang jahat memperoleh kekayaan pada akhir cerita, yang justru sepantasnya medapat hukuman.
6) Alur sentimental
Seorang
tokoh utama yang sering kali lemah mengalami serentetan kemalangan,
tetapi justru memperoleh kemenangan atau kejayaan pada akhir cerita.
7) Alur kekaguman atau the admiration plot
Tokoh utama yang kuat, gagah dan bertanggungjawab atas tindakan-tidakannya, mengalami serangkaian mara bahaya.
8) Alur kedewasaan atau the maturing plot
Tokoh utama yang memang ganteng dan menarik justru tidak berpegalaman dan bersifat kekanak-kanakan.
9) Alur perbaikan atau the reform plot
Tokoh utama sendiri bertanggung jawab penuh atas kemalangan-kemalangan yang mengganggu keriernya.
10) Alur pengujian atau the testing plot
Tokoh itama ini sendiri meninggaalkan serta mengingkari cita-citanya sendiri.
11) Alur pendidikan atau the education plot
Dalam
alur ini terdapat perbaikan atau peningkatan tokoh utama. Alur ini agak
mirip dengan alur kedewasaan, tetapi dalam hal ini perubahan batiniah
tidak mempengaruhi prilaku sang tokoh.
12) Alur penyingkapan rahasia atau revelation plot
Pada
mulanya tokoh utama tidak mengetahui kondisinya sendiri. Lama kelamaan
dalam proses jalannya cerita, sang tokoh dapat menyingkapi rahasia
pribadinya sendiri.
13) Alur perasaan saying atau the effective plot
Sikap dan keyakinan tokoh utama berubah, tetapi falsafah hidupnya tidak berubah
14) Alur kekecewaan atau disillusionment plot
Sang
tokoh kehilangan idamanya dan jatuh ke dalam jurang keputusasaannya.
Pada akhir cerita, pembaca hanya sebentar saja bersimpati kepadanya,
selanjutnya diliputi kekecewaan.
Posted in:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar