Jumat, 19 Agustus 2011

Taqwa Adalah Kemuliaan Hakiki


بسم الله الرحمن الرحيم


Syaikh Abdullah bin Jibrin rahimahullah

          Pertanyaan 1: Di sebagian masyarakat arab, ada klasifikasi golongan manusia, terutama di negeri kami, Yaman. Di mana terdapat golongan: Saadah (asyraf), qabaail, dan golongan lemah (yaitu budak, pelayan, pembantu dan semisal mereka). Bagaimana pendapatmu dalam hal itu? Apakah ada dasarnya dalam syara'?
          Jawaban 1: Pembagian ini tidak ada dasarnya di dalam syara', dan penjelasan tentang hal itu adalah bahwa Islam mensejajarkan di antara manusia dari sisi nasab dan kabilah, dan menjadikan kelebihan mereka dengan amal shalih, dan sesungguhnya nasab ini dijadikan hanya untuk saling mengenal, sebagaimana firman Allah I:
قال الله تعالى: ﴿ $pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. Al-Hujuraat:13)
Manusia mengenal kabilah dan nenek moyang mereka dan bersandar kepada mereka untuk dikenal, bukan untuk membanggakan diri dan merasa mulia, karena sesungguhnya kebanggaan adalah dengan taqwa kepada Allah I. Diriwayatkan dalam sebuah hadits:
قال رسول الله e : ((لاَفَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ وَلاَ لِأَسْوَدَ عَلَى أَحْمَرَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى))
Rasulullah e bersabda: "Tidak ada keutamaan bagi bangsa arab atas bangsa ajam (non arab), dan tidak ada keutamaan bagi yang berkulit hitam atas yang berkulit merah kecuali dengan taqwa."[1]
Dan Nabi e pernah ditanya: 'Manusia bagaimanakah yang paling mulia? Beliau menjawab: 'Yang paling mulia adalah yang paling bertaqwa dari mereka." kemudian:
قال رسول الله e : ((خِيَارُكُمْ فِى الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُكُمْ فِى اْلإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوْا))
Rasulullah e bersabda: 'Sebaik-baik kamu di masa jahiliyah adalah sebaik-baik kamu di masa Islam apabila mereka paham.'[2]
Pengertian yang demikian itu: Sesungguhnya orang-orang yang dipuji di masa jahiliyah dengan sifat pemurah dan pemberani, keutamaan dan kebaikan, serta memberi manfaat secara umum apabila mereka paham di dalam agama Islam, maka ia adalah sebaik-baik manusia, melebihi yang di bawah mereka seperti orang bakhil (pelit), penakut dan berakhlak buruk.
          Abu Daud dan at-Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Hurairah t, ia berkata:
قال رسول الله e : ((لَيَنْتَهِيَنَّ أَقْوَامٌ يَفْتَخِرُوْنَ بِآبَائِهِمُ الَّذِيْنَ مَاتُوْا, إِنَّمَا هُمْ فَحْمٌ مِنْ فَحْمِ جَهَنَّمَ أَوْ لَيَكُوْنُنَّ أَهْوَنَ عَلَى اللهِ مِنَ الْجُعَلِ الَّذِي يُدَهْدِهُ الْخِرَاءَ بِأَنْفِهِ, إِنّ اللهَ قَدْ أَذْهَبَ عَنْكُمْ عُبَيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ وَفَخْرَهَا بِالْآباَءِ, إِنَّمَا هُوَ مُؤْمِنٌ تَقِيٌّ أَوْ فَاجِرٌ شَقِيٌّ, اَلنَّاسُ كُلُّهُمْ بَنُوْ آدَمَ وَآدَمُ مِنْ تُرَابٍ))
Rasulullah e bersabda: 'Hendaklah semua kaum berhenti membanggakan diri dengan bapak-bapak (nenek moyang) mereka yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya mereka adalah arang dari arang neraka jahanam atau (bila mereka tidak berhenti dari hal itu) mereka menjadi lebih hina di sisi Allah I dari pada ju'l (nama binatang sejenis kumbang) yang membolak-balik kotoran dengan hidungnya. Sesungguhnya Allah I telah menghilangkan darimu kesombongan masa jahiliyah dan kebanggaan dengan bapak-bapak. Sesungguhnya ia adalah seorang mukmin yang bertaqwa atau seorang fasik yang celaka. Semua manusia adalah keturunan Adam u dan Adam u berasal dari tanah.[3]
At-Tirmidzi meriwayatkan dari Samurah t, ia berkata:
قال رسول الله e : ((الْحَسَبُ الماَلُ وَالْكَرَمُ التَّقْوَى))
Rasulullah e bersabda: 'Kemuliaan (keturunan) adalah harta dan kemuliaan (yang sebenarnya) adalah taqwa."[4]
Dari Watsilah t, ia berkata: Aku berkata: Ya Rasulullah, apakah 'ashabiyah itu? Beliau menjawab:
قال رسول الله e : ((أَنْ تُعِيْنَ قَوْمَكَ عَلَى ظُلْمٍ ))
Rasulullah e bersabda: 'Engkau menolong kaum engkau di atas perbuatan zalim."[5]
Dan beliau juga bersabda:
قال رسول الله e : ((لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا إِلَى عَصَبِيَّةٍ, وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ قَاتَلَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ, وَلَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَّةٍ ))
Rasulullah e bersabda: 'Bukan termasuk dari golongan kami orang yang mengajak kepada 'ashabiyyah (kesukuan, fanatisme), bukan termasuk golongan kami orang yang berperang berdasarkan kesukuan, dan bukan termasuk golongan kami orang yang mati di atas dasar kesukuan."[6]
          Imam Ahmad meriwayatkan dari Uqbal bin Amir t:
قال رسول الله e : ((لَيْسَ لِأَحَدٍ عَلَى أَحَدٍ فَضْلٌ إِلاَّ بِدِيْنٍ وَتَقْوَى ))
Rasulullah e bersabda: 'Tidak ada keutamaan seseorang atas orang lain kecuali dengan agama dan taqwa."[7]
          Tidak diragukan lagi bahwa membanggakan diri dengan nenek moyang tidak berguna sedikitpun bagi anak cucu apabila mereka tidak berilaku seperti bapak-bapak mereka, sebagaimana dikatakan penyair:
          Apabila engkau merasa bangsa dengan kaum yang telah terdahulu
Kami katakan: engkau benar, akan tetapi seburuk-buruk yang telah mereka lahirkan.[8]
          Diriwayatkan dari Ja'far Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bahwa suatu ketika ia menangis karena takut kepada Allah I hingga pingsan, (setelah ia sadar) salah seorang muridnya berkata kepadanya: 'Sesungguhnya engkau dari keturunan nabi e'. Maka ia mengabarkan bahwa Allah I mengangkat derajat setiap orang yang taqwa sekalipun ia adalah seorang budak dari Habasyah (Ethiofia), dan (sebaliknya) Dia I merendahkan derajat setiap orang yang durhaka (maksiat) sekalipun ia adalah seorang syarif dari suku Quraisy. Dan dari hal itu, penya'ir berkata:
          Islam mengangkat derajat Salman al-Farisi
Dan syirik telah menghinakan orang yang celaka Abu Lahab.

          Pertanyaan kedua 2: Apakah hukumnya menurut syara' tentang 'urf  (adat istiadat, istilah, pandangan umum) yang ada di dalam masyarakat Yaman berupa pembagian strata sosial masyarakat Yaman dengan tidak saling menikahkan di antara golongan masyarakat. Sayyid (syarif) tidak menikahkan (putrinya) kecuali dengan sayyid. Demikian pula qabiliy, ia tidak menikahkan (putrinya) dengan orang yang di bawahnya. Sekalipun yang melamar adalah orang yang shalih? Sebagaimana kami mengharapkan penjelasan mengenai pengertian kafa'ah dalam menikah?
          Jawaban 2: 'Urf ini sangat terkenal di Yaman, demikian pula pada suku-suku di Najd. Dan yang mereka maksudkan kabilah-kabilah adalah yang dikenal bahwa mereka berasal dari kabilah-kabilah arab. Mereka tidak mengawini dan tidak mengawinkan (putri-putri) dengan mawali, yaitu orang yang bapak-bapak dan nenek moyang mereka berasal dari budak kemudian merdeka. Mereka berdalil dengan keutamaan bangsa arab dan terkadang mengambil dalil dengan hadits dha'if yang disebutkan oleh Ibnu Hajar dalam kitabnya Bulughul Maram dan lafazhnya:
قال رسول الله e : ((العَرَبُ بَعْضُهُمْ أَكْفَاءُ بَعْضٍ وَالْمَوَالِي بَعْضُهُمْ أَكْفَاءُ بَعْضٍ إِلاَّ حَائِكًا أَوْ حَجَّامًا))
Rasulullah e bersabda: "Arab sekufu' (sederajat) satu sama lain, dan mawali sekufu' satu sama lain kecuali tukang tenun dan tukang bekam."[9]
Akan tetapi hadits tersebut tidak tsabit (dha'if, lemah), dan ada hadits yang bertentangan dengan hadits tersebut, di mana Nabi e menikahkan Zaid bin Haritsah t dengan Zainab binti Jahsy radhiyallahu 'anha,[10] dan beliau e menikahkan Usamah t dengan Fathimah binti Qais radhiyallahu 'anha, serta selain yang demikian itu. Para fuqaha (ahli fikih) menyebutkan bahwa kafa'ah bukan merupakan syarat sahnya pernikahan, kecuali jika pada salah seorang dari suami istri ada yang mencela pada kemuliaannya atau sum'ahnya. Dan atas dasar itulah dibawakan yang diriwayatkan dari Umar t bahwa ia berkata: 'Aku sungguh melarang wanita yang mempunyai derajat/kedudukan untuk menikah kecuali dari yang sekufu'.[11] Maka jika suami tercela atau fakir atau profesinya rendah seperti tukang sampah, maka sesungguhnya dalam menikahkannya dengan wanita yang mempunyai kemuliaan dan ketenaran merupakan kekurangan atasnya dan terhadap sukunya. Seperti inilah yang disebutkan oleh para fuqaha.
         
          Pertanyaan 3: Syaikh Abdullah bin Jibrin ditanya tentang hukum mengagungkan Ahlul Bait hingga kepada derajat mensucikan, beliau menjawab:
          Jawaban 3: Nabi e telah melarang orang yang mengagungkannya, sebagaimana diriwayatkan bahwa seseorang berkata kepada beliau e: 'Wahai sebaik-baik manusia'. Beliau e bersabda: 'Itu adalah Ibrahim u.'[12] Dan beliau bersabda:
قال رسول الله e : ((لاَتَطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ, فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ فَقُوْلُوْا: عَبْدُاللهِ وَرَسُوْلُهُ))
"Janganlah kamu mengagungkan aku sebagaimana Nashrani mengagungkan Ibnu Maryam u. Sesungguhnya aku adalah hamba-Nya, maka katakanlah: hamba Allah I dan rasul-Nya.'[13]
Dan beliau e selalu bersifat tawadhu' dan bersabda:
قال رسول الله e : ((إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ أَجْلِسُ كَمَا يَجْلِسُ الْعَبْدُ وَآكُلُ كَمَا يَأْكُلُ الْعَبْدُ))
"Sesungguhnya aku adalah seorang hamba (budak), aku duduk sebagaimana hamba duduk dan aku makan sebagaimana hamba makan."[14]
Dan tatkala sebagian bangsa arab menampakkan wibawa beliau e, beliau melarangnya dari hal itu dan bersabda:
قال رسول الله e : ((إِنَّمَا أَنَا ابْنُ امْرَأَةٍ مِنْ قُرَيْشٍ تَأْكُلُ الْقَدِيْدِ))
"Sesungguhnya aku adalah anak seorang wanita dari suku Quraisy yang memakan dendeng."[15]
Dan beliau e memilih bahwa ia adalah hamba dan rasul, semua itu menunjukkan bahwa beliau menyukai sifat tawadhu'.
          Demi umurmu, tiadalah manusia kecuali dengan agamanya
Maka janganlah engkau meninggalkan taqwa karena berpegang kepada nasab.[16]

          Pertanyaan 4: Sebagian orang yang mengaku dari Ahlul Bait berpandangan bahwa mereka lebih tinggi derajatnya dari selain mereka. Mereka merasa lebih tinggi dari manusia dan tidak menunaikan ibadah. Mereka merasa bahwa hal ini tidak membahayakan mereka, karena kaum muslimin selalu mendoakan mereka dalam shalat di mana terhadap shalawat kepada nabi e dan ahlu baitnya. Apakah pengakuan mereka ini benar?
          Jawaban 4:
قال رسول الله e : ((لاَفَضْلَ لِعَرَبِيٍّ عَلَى عَجَمِيٍّ وَلاَلِأَسْوَدَ عَلَى أَبْيَضَ إِلاَّ بِالتَّقْوَى))
Rasulullah e bersabda: "Tidak ada keutamaan bagi bangsa arab atas bangsa ajam (non arab), dan tidak ada keutamaan bagi yang berkulit hitam atas yang berkulit putih kecuali dengan taqwa."
Maka barangsiapa bertaqwa lagi shalih maka ia mempunyai keutamaan dan pahala, sekalipun ia adalah seorang hamba dari Habasyah (Ethiofia), dan barangsiapa yang maksiat atau kafir atau ahli bid'ah maka ia adalah orang yang celaka, keluar dari taat sekalipun ia seorang syarif dari suku Quraisy. Karena itulah penya'ir berkata:
          Demi umurmu, tiadalah manusia kecuali dengan agamanya
Maka janganlah engkau meninggalkan taqwa karena berpegang kepada nasab.
          Islam mengangkat derajat Salman al-Farisi
Dan syirik telah menghinakan orang yang celaka Abu Lahab.
          Apabila seperti itu, maka orang-orang yang mengaku berasal dari ahlul bait, mereka tidak bisa mendapatkan kemuliaan, keutamaan dan ketinggian derajat dengan hal itu kecuali dengan taqwa, berdasarkan firman Allah I:
قال الله تعالى: ﴿ (#þqè=Åz÷Šr& tA#uä šcöqtãöÏù £x©r& É>#xyèø9$# ÇÍÏÈ
"Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya kedalam azab yang sangat keras". (QS. Ghafir:46)
Mereka adalah para pengikut agamanya. Karena itulah penya'ir berkata:
          Keluarga nabi adalah para pengikut agamanya
Orang yang berasal bangsa ajam dari mereka dan dari arab
          Jikalau keluarga beliau hanyalah kerabatnya saja
Niscaya orang shalat mengucap shalawat kepada yang zhalim Abu Lahab
          Maka tidak boleh berbangga diri dengan bapak-bapak dan nenek moyang, tidak ada yang bermanfaat kepada manusia selain amalnya. Jika bangsa Yahudi yang mengaku bahwa mereka adalah dari keturunan Israel yaitu nabi Ya'qub u seorang nabiyullah anak nabi (Ishaq u) dan anak Khalilullah Ibrahim u. Kendati demikian nasab ini tidak berguna bagi mereka. Dan kaum muslimin di dalam ucapan mereka (Ya Allah, berilah rahmat kepada nabi Muhammad dan alu Muhammad), mereka menghendaki dengan hal itu para pengikut beliau di atas agamanya, atau maksudnya orang yang shalih dari keluarganya. Dan tidak masuk dalam hal itu orang yang kafir dan yang maksiat dari mereka dari generasi dahulu hingga yang terakhir.


[1]  HR. Ahmad dalam Musnad 5/411, al-Baihaqi dalam Syu'abul iman 4774. al-Haitsami berkata dalam Majma' 3/266: Diriwayatkan oleh Ahmad dan perawinya shahih. Dan hadits tersebut dalam riwayat Thabrani dalam al-Kabir 18/12 (16) dengan lafazh (dan tidak ada keutamaan bagi yang berkulit hitam atas yang berkulit putih...'
[2] HR. al-Bukhari 4689 dan athrafnya 3353 dan Muslim 2378.
[3] HR. Abu Daud (5116) dengan semisalnya, ati-Tirmidzi 3955 dengan sedikit perbedaan dan ia berkata: Hadits hasan gharib. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Albani.
[4]  HR. Ahmad 5/10, at-Tirmidzi 3271 dan ia berkata: Hadits gharib shahih, Ibnu Majah 4219, ath-Thabrani dalam al-Kabir6912,6913, ad-Daraquthni3/302 (208,209), al-Hakim2/163 (2690) dan 4/320 (7922), ia menshahihkannya dan disepakati olah adz-Dzahabi.
[5]  HR.  Abu Daud 5119, Abu Ya'la 7492ath-Thabrani dalam al-Kabir193, 236, al-Baihaqi dalam al-Kubra 20865 dan ia adalah hadits hasan. Lihat: al-Adabusy Sya'riyah karya Ibnu Muflih 1/81 dan didha'ifkan oleh Albani.
[6]  HR. Abu Daud 5121 dihasankan oleh Ibnu Muflih dalam al-Adaab 1/81 dan didha'ifkan oleh Albani.
[7]  HR. Ah,ad 4/158, ath-Thabrani dalam al-Kabir 17/295 (814), al-Baihaqi dalam Syau'abul Iman 4783, dishahihkan oleh Albani sebagaimana dalam Silsilah Shahihah 1038.
[8]  Bait syair disandarkan kepada Ibnu Rumi dengan lafazh:
Sungguh jika engkau merasa bangga dengan bapak-bapak yang mempunyai kedudukan/pangkat
Sungguh engkau benar akan tetapi seburuk-buruk yang telah mereka lahirkan.
[9]  HR. Ibnu Adi dalam al-Kamil 5/95, 208, al-Baihaqi dalam al-Kubra 13547, 13549. lihat: Faidhul Kabir 4/379 dan Nailul Authar 6/262.
[10]  Diriwayatkan oleh Ibnu Jarib ath-Thabari dalam tafsirnya: 20/272-272 saat menafsirkan ayat 36 dari surah al-Ahzab.
[11]  Disebutkan oleh Syaikhul Islam dalam Majmu' Fatawa 19/28.
[12]  HR. Muslim 2369 dan selainnya.
[13]  HR. al-Bukhari 3445, 6830.
[14]  HR. Ibnu Sa'ad dalam Thabaqat 1/381, Abu Ya'la dalam Musnadnya 4920. al-Haitsami berkata dalam Majma': 9?19: diriwayatkan oleh Abu Ya'la dan isnadnya hasan. Dan ia mengeluarkan dengan tambahan 'sesungguhnya aku adalah hamba. Al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman 5572 dari Yahya bin Abi Katsir secara mursal..
[15]  HR. Ibnu Majah 3312, ath-Thabrani dalam al-Ausath 1260, al-Hakim dalam al-Mustadrak 2/466, 3733 dan 3/48 (4366) dan ia menshahihkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi.
[16]  Bait tersebut disandarkan kepada Amirul Mukminin Ali bin Abu Thalib t dan bagi Shahib ibnu Abbad juga. Dan di sisinya: 'I'timadan' di tempat 'ittikaalan'.

Tidak ada komentar: